Jakarta – Pasokan batu bara RI sangat melimpah, di mana lebih dari 500 juta ton batu bara diproduksi tiap tahunnya, dan sekitar 70%-nya diekspor. Akan tetapi, nyatanya RI masih mengimpor batu bara.
Lalu, apa yang menyebabkan RI masih impor batu bara di tengah pasokan domestik yang melimpah?
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, impor batu bara ini dilakukan karena spesifikasi batu bara yang diperlukan industri tertentu tidak tersedia di Indonesia. Dia mengatakan, impor batu bara ini biasa dilakukan oleh industri baja.
Baca: HARGA BATU BARA UKIR REKOR LAGI
“Biasanya impor metallurgic coal untuk pabrik baja. Kita belum banyak produksinya,” paparnya kepada CNBC Indonesia, Senin (06/09/2021).
Dia menjelaskan impor batu bara ini khususnya untuk jenis coking coal atau metallurgic coal yang biasa digunakan untuk produksi baja dan pengolahan dan pemurnian (smelter) tambang. Sementara batu bara yang diproduksi Indonesia kebanyakan adalah batu bara termal yang biasa digunakan untuk pembangkit listrik.
Dia menyebut, metallurgic coal ini biasanya banyak terdapat di Australia, sehingga kemungkinan besar Indonesia mengimpor dari Australia.
“Ini untuk bahan baku pabrik baja, karena spec batu baranya yang pas itu dari Australia,” lanjutnya.
Produksi coking coal di Indonesia menurutnya masih sedikit, namun dia belum tahu persisnya berapa. Dia malah mengusulkan agar pemerintah mempertimbangkan impor coking coal bisa diperhitungkan sebagai pemenuhan DMO.
“Masih sedikit,” ujarnya saat ditanya berapa produksi coking coal Indonesia per tahunnya.
Impor batu bara RI tercatat di data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2020 yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Indonesia tercatat mengimpor batu bara sebanyak 8,76 juta ton pada 2020, naik 18,5%
dibandingkan impor pada 2019 yang tercatat sebesar 7,39 juta ton.
Padahal dari sisi produksi batu bara nasional, pada 2020 produksi tercatat mencapai 563,73 juta ton, turun 8,5% dibandingkan produksi pada 2019 yang mencapai 616,16 juta ton.
Baca: EMITEN BATU BARA SMMT RAIH KINERJA POSITIF
Sementara ekspor batu bara pada 2020 dilaporkan mencapai 405,05 juta ton, turun 11% dari ekspor 2019 yang sebesar 405,05 juta ton.
Belum ada penjelasan rinci kenapa impor batu bara ini terus meningkat. Namun untuk batu bara yang diproduksi di Tanah Air merupakan jenis “steam coal” atau batu bara termal.
Seperti diketahui, Indonesia merupakan produsen batu bara terbesar ketiga dunia, setelah China dan India. China memproduksi 3,9 miliar ton batu bara pada 2020, dan India mencapai 756,5 juta ton.
#coal #batubara #migas #renewable #energy #gas #oil #hydro #indonesia