Jakarta – Mayoritas saham emiten batu bara melesat di zona hijau pada awal perdagangan pagi ini, Kamis (12/8/2021), seiring harga batu bara kembali menembus rekor baru sejak 2008
Berikut gerak saham batu bara, pukul 09.26 WIB:
Indika Energy (INDY), saham +4,04%, ke Rp 1.415, transaksi Rp 11 M
United Tractors (UNTR), +3,55%, ke Rp 19.675, transaksi Rp 25 M
Mitrabara Adiperdana (MBAP), +3,43%, ke Rp 3.320, transaksi Rp 183 juta
Harum Energy (HRUM), +3,41%, ke Rp 5.300, transaksi Rp 3 M
Golden Energy Mines (GEMS), +3,09%, ke Rp 3.670, transaksi Rp 271 juta
Adaro Energy (ADRO), +2,61%, ke Rp 1.375, transaksi Rp 33 M
Bukit Asam (PTBA), +2,22%, ke Rp 2.300, transaksi Rp 27 M
Indo Tambangraya Megah (ITMG), +2,19%, ke Rp 17.475, transaksi Rp 19 M
Bumi Resources (BUMI), +1,89%, ke Rp 54, transaksi Rp 2 M
Alfa Energi Investama (FIRE), +1,22%, ke Rp 496, transaksi Rp 1 M
Golden Eagle Energy (SMMT), +0,88%, ke Rp 115, transaksi Rp 17 juta
Menurut data di atas, saham INDY menjadi yang paling menguat dengan naik 4,04% ke Rp 1.415/saham. Nilai transaksi saham ini tercatat sebesar Rp 11 miliar. Dengan ini, saham INDY berhasil menguat selama 3 hari perdagangan beruntun.
Dalam sepekan, saham ini naik 4,81%, sementara dalam sebulan melesat 11,86%.
Baca: SEMPAT DISTOP, DUA PRODUSEN BATUBARA SUDAH BOLEH EKSPOR LAGI
Di posisi kedua ada saham Grup Astra, UNTR, yang melejit 3,55% ke Rp 19.675/saham, melanjutkan penguatan pada perdagangan Selasa lalu, yakni sebesar 1,60%. Dalam sepekan saham ini menguat 4,10%.
Saham Grup Rajawali, SMMT, menjadi yang paling kecil penguatannya, yakni 0,88% ke Rp 115/saham, setelah pada Selasa lalu menguat 1,79%.
Harga batu bara kembali naik setelah mengalami koreksi. Kenaikan harga hari ini membawa si batu hitam mencatatkan rekor baru.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle tercatat US$ 163,8/ton. Melonjak 1,38% sekaligus menyentuh rekor tertinggi setidaknya sejak 2008.
Pemulihan ekonomi di berbagai negara membuat permintaan listrik meningkat dan otomatis mendongkrak permintaan batu bara sebagai sumber energi primer pembangkitan listrik. Di Eropa, misalnya, pembangkitan listrik oleh pembangkit bertenaga batu bara di Jerman pada pekan lalu naik 16% dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 2.784 MWh. Dibandingkan periode yang sama pekan lalu, terjadi lonjakan 86%.
Baca: RAMAH LINGKUNGAN, 3 PLTU PLN RAIH ASEAN COAL AWARDS 2021
Seiring kenaikan harga yang juga dialami oleh gas alam, batu bara kembali dilirik. Pada 10 Agustus 2021, biaya pembangkitan listrik bertenaga gas alam adalah EUR 44,6/ MWh. Batu bara jauh lebih murah yaitu EUR 38,96/MWh. Ini membuat dunia usaha punya alasan untuk beralih dari gas alam ke batu bara.
Kenaikan harga batu bara akan membawa dampak positif terhadap perekonomian Indonesia. Sebab, batu bara adalah salah satu komoditas andalan ekspor Tanah Air.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor non-migas Indonesia pada Januari-Juni 2021 adalah US$ 97,06 miliar. Melonjak 34,06% dibandingkan semester I-2020.
Dari nilai tersebut, US$ 12,7 miliar atau 13,08% adalah ekspor bahan bakar mineral yang didominasi batu bara. Hanya kalah dari lemak dan minyak hewan/nabati (yang didominasi minyak sawit mentah/CPO) yang sebesar US$ 14,08 miliar.
#coal #batubara #migas #renewable #energy #gas #oil #hydro #indonesia