Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah menargetkan penyerapan batu bara untuk kegiatan hilirisasi seperti gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) mencapai 13 juta ton pada 2024.
Hal tersebut disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam webinar “Indonesia Mining Outlook 2021”, Selasa (15/12/2020).
“Target hilirisasi batu bara pada tahun 2024 sebesar kurang lebih 13 juta ton kapasitas input dengan nilai ekspor Dimethyl Ether sebesar hampir 600 juta dolar per tahun yang meliputi gasifikasi batu bara, coke making, coal upgrading dan briket batu bara,” tuturnya dalam webinar tersebut yang ditayangkan dalam kanal YouTube Tambang TV, Selasa (15/12/2020).
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per Desember 2019, Indonesia memiliki sumber daya batu bara mencapai 149,01 miliar ton dan cadangan 37,45 miliar ton.
Bila produksi nasional rata-rata sekitar 550 juta ton per tahun, maka artinya cadangan batu bara Indonesia masih bisa dieksploitasi hingga 68 tahun ke depan.
Dari cadangan tersebut, sebanyak 90% merupakan batu bara berkalori sedang dan rendah, sehingga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan hilirisasi batu bara, seperti gasifikasi, mengubah batu bara menjadi methanol atau dimtehyl ether (DME).
Adapun rinciannya yaitu batu bara berkalori sedang sebesar 58,56%, berkalori rendah 30,90%, kalori tinggi 7,13%, dan kalori sangat tinggi 3,41%.
Dari cadangan 37,45 miliar ton tersebut, mayoritas terdapat di Kalimantan yakni mencapai 24,75 miliar ton dan Sumatera 12,69 miliar ton. Sementara dari sisi sumber daya yang mencapai 149,01 miliar ton, mayoritas juga terdapat di Kalimantan yakni mencapai 62,11% atau 92,55 miliar ton, lalu Sumatera 37,70% 56,24 miliar ton, sisanya di Jawa 0,06 miliar ton, Sulawesi 0,07 miliar ton, dan Maluku dan Papua masing-masing 0,01 miliar ton.
#coal #batubara #saham #indonesia